Sabtu, 04 April 2015

Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta (Perpustakaan Penjaga Budaya Jawa)

Kantor Balai Bahasa Yogyakarta
Rabu, 18 Maret 2015. Hari dimana salah satu sejarah dalam hidupku terukir. Bukannya lebay tapi memang begitu kenyataannya. Karena pada hari itu saya dan teman-teman satu kelas melakukan observasi perpustakaan yang bener-bener beda daripada yang lainnya. Perpustakaan ini memiliki banyak manuskrip daerah (jawa) kuno. Tahu apa nama perpustakaannya? Nama perpustakaannya adalah Perpustakaan Balai Bahasa Yogyakarta atau bisa disingkat menjadi Perpustakaan BBY, dinamakan Balai Bahasa karena berada di bawah naungan Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta yang beralamatkan di Jalan I Dewa Nyoman Oka 34.

Tiba disana, kami langsung mengisi daftar hadir di komputer (udah otomasi nih :D). Kemudian kami duduk di ruang baca sambil mendengarkan arah observasi ke perpustakaan ini yang disampaikan langsung oleh Ibu sri Rohyanti. Masih ingatkan?? Tujuan kami ke perpustakaan ini apa. Kami akan melakukan observasi di perpustakaan ini. Makanya, kami bisa masuk ke ruang koleksi maupun ruangan lainnya yang seharusnya hanya pegawai dari Balai Bahasa sendiri saja yang boleh masuk. #aassyyiikk

Ruang baca BBY


Ruangan pertama yang kami masuki adalah ruang koleksi, perpustakaan ini menggunakan sistem tertutup jadi hanya petugasnya saja yang bisa masuk. Jika pemustaka menginginkan koleksi, maka dia harus menyerahkan catatan kode koleksi yang didapat dari katalog, bisa dari katalog OPAC maupun katalog online (www.balaibahasa.org). Di ruang koleksi, saya (not kami) tidak hanya menemui manuskrip kuno, yang lain juga ada seperti buku, hasil penelitian, makalah, tugas akhir (skripsi, tesis dan disertasi), jurnal, majalah dan peta bahasa yang semuanya berbau tentang bahasa dan sastra. Oh ya, manuskrip-manuskrip kuno disini ditempatkan di tempat yang khusus loh. Tepatnya di rak berkaca. Rak ada kacanya?? Iya, ini demi keamanan (preservasi dan konservasi :D). Manuskrip-manuskrip ini juga tidak bisa diakses yang versi aslinya. Hanya yang versi digital, transliterasi maupun terjemahan yang bisa di akses.
Koleksi

Ruang digitalisasi, inilah ruangan yang saya masuki selanjutnya. Di ujung pojok kanan dari ruang koleksi terdapat pintu yang memiliki 3-4 anak tangga yang menurun. Disitulah letak ruangannya. Di ruangan ini, terdapat dua pegawai yang sedang bekerja. Yang satu menatap lembaran koran dan yang lainnya menatap layar terpaku. Yang sedang menatap lembaran Koran adalah pegawai yang sedang membuat kliping. Sedangkan yang sedang menatap layar terpaku adalah pegawai yang sedang sibuk mendigitalisasikan manuskrip. Selain manuskrip, ada yang lain yang ikut digitalisasikan seperti makalah, jurnal, dan kliping. Proses digitalisasikan bisa melalui scan maupun pengambilan poto. Di ruang ini juga terdapat kamus, glosarium, tesaurus, ensiklopedi dan bahan nonbuku (CD Audio/Video).

Kenapa koleksi yang ada di perpustakaan Balai Bahasa barbau bahasa dan sastra? Karena visi dan misinya memang seperti itu. Nih, aku tunjukkan visi dan misinya.

Visi:
Sebagai pusat informasi kebahasaan dan kesustraan Indonesia dan daerah.

Misi:
-          Menyediakan layanan koleksi kebahasaan daan kesastraan yang lengkap dan dapat diakses secara online;
-          Sebagai sarana penunjang untuk kegiatan penelitian, pengembangan, dan pembinaan bahasa dan sastra;
-          Melestarikan koleksi



 Perpustakaan BBY ini membuka layananannya dari hari Senin — Jum’at, pukul 08.00 — 15.30 WIB sesuai dengan jam kerja lembaga induknya.

Ini sebagai Catatan bagi pemustaka luar (bukan pegawai Balai Bahasa), koleksi hanya bisa dibaca di ruang baca perpustakaan sehingga pemustaka tidak perlu menjadi anggota perpustakaan. Apabila pemustaka menginginkan koleksi tersebut, perpustakaan telah menyediakan jasa layanan fotokopi dengan syarat bahwa fisik koleksi masih dalam keadaan baik.

Itulah hasil observasiku tentang Perpustakaan BBY :D :p

#IDKS
Previous Post
Next Post

0 komentar: